PortalLombok.com – Polusi udara ekstrem sedang melanda Bumi di sejumlah wilayah di dunia termasuk Indonesia, akibat pemanasan global efek rumah kaca.
Sebelumnya ramai dibicarakan kondisi polusi udara di Jakarta, Indonesia yang meningkat pesat, ternyata juga terjadi di sejumlah wilayah di dunia termasuk New York, Amerika Serikat.
Polusi udara yang semakin buruk dan ekstrem saat ini diduga disebabkan oleh emisi gas efek rumah kaca yang sedanxg tinggi-tingginya sejak satu dekade terakhir, dan kini mengalami puncaknya.
Emisi gas efek rumah kaca yang disebebakan oleh manusia kini polusi udara ekstrem melonjak sampai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dilansir dari laman website sciencealert.com, Sabtu 17 Juni 2023, sebuah studi pertama di dunia telah menemukan hampir tidak ada tempat tersisa di Bumi dengan tingkat polusi udara yang aman secara konsisten.
Baca juga : Seperti Film Horor! Asap Kabut Merah Selimuti Kota New York, Ini Penyebabnya
Studi yang dipimpin oleh Universitas Monash di Australia menemukan bahwa hanya 0,001 persen populasi dunia yang terpapar polusi udara tingkat rendah pada tahun 2019 ; secara global, 70 persen hari telah melebihi batas aman.
Bahkan polusi udara kali ini yang terparah sepanjang sejarah manusia dengan tingkat karbondioksia 54 Gigatron.
Polusi udara menyebabkan sekitar 8 juta kematian setiap tahun. Partikel kecil dengan lebar kurang dari 2,5 mikrometer (dikenal sebagai PM 2.5 ) dapat menyerang saluran udara dan pembuluh darah, menyebabkan stroke, kanker paru-paru , dan penyakit jantung.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan ambang keamanan untuk paparan harian PM 2.5 hingga 15 μg/m 3 , tetapi antara tahun 2000 dan 2019, tingkat rata-rata polusi udara di seluruh dunia lebih dari dua kali lipat batas tersebut (32,8 μg/m 3 ).
Studi ini adalah yang pertama menunjukkan perubahan paparan polusi udara harian secara global selama beberapa dekade. Data diambil dari 5.446 stasiun pemantauan di 65 negara dan diproses menggunakan pembelajaran mesin dan simulasi.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu dari emisi gas efek rumah kaca dan pemanasan global. Yang alhasil tahun 2023 membuat Bumi mincapai suhu terpanas sepanjang sejarah.
Bahkan saat ini para ilmuwan telah memprediksi suhu di bumi kemungkinan akan menembus batas aman 1,5 derajat celcius dan kondisi ini untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Menurut para peneliti ada kemungkinan sebesar 66% bahwa ambag batas 1,5 derajat celcius akan terlewati antara saat ini hingga tahun 2027.
Peluang itu akan meningkat kerena emisi dari aktivitas manusia, ditambah kemungkinan terjadinya El Nino pada akhir tahun ini.
APabila ambang batas terlampaui, para ilmuwan menekankan kemungkinan akan terjadi situasi yang mengkhawatirkan meski hanya terjadi sementara.
Namun jika bumi mencapai suhu terpanas dengan ambang batas 1,5 derajat celcius maka kondisi ini akan lebih hangat dibandingkan paruh kedua pada abad ke-19, sebelum emisi bahan bakar fosil dan industrialisasi meningkat.***
(PL-01)
Sumber : sciencealert.com