Kamis, November 21, 2024
BerandaNasionalWaspada! Fenomena El Nino Picu Kasus DBD Meningkat, Nyamuk Dengue Mengganas Di...

Waspada! Fenomena El Nino Picu Kasus DBD Meningkat, Nyamuk Dengue Mengganas Di Suhu Tinggi

PortalLombok.com – Memasuki musim kemarau dan fenomena El Nino, Kemerterian Kesehatan (Kemenkes RI) himbau masyarakat untuk waspada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dipastikan fenomena El Nino atau musim kemarau akan berdampak pada meningkatnya kasus DBD, hal ini dikarenakan pertumbuhan naymuk Dengue Aedes Aegepty yang mengganas di suhu tinggi.

Berdasarkan kasusnya sejak tahun 1968, pola peningkatan kasus DBD terjadi saat adanya El Nini, yang menyebabkan suhu udara meningkat dan pertumbuhan nyamuk semakin mengganas.

Kini Indonesia telah masuk dalam kurun musim kemarau atau sering disebut memasuki fenomena El Nino yang memiliki dampak salah satunya peningkatan penyakit DBD.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Imran Pambudi, MPHM mengungkapkan bahwa nyamuk dengue akan semakin ganas bila berada di suhu cuaca yang tinggi.

dr. Imran Prambudi juga meminta agar masyarakat semakin waspada terhadap gigitan nyamuk dengue.

Baca juga : Waspada! Hadapi EL Nino, Petani NTB Diminta Perhatikan Pola Tanam

Kalau dilihat jumlah kasusnya dari tahun 1968, pola terjadinya kasus-kasus yang tinggi ini pada saat adanya El Nino. Suhu udara meningkat dan ada penelitian bahwa nyamuk itu semakin ganas kalau dia berada di suhu yang panas.

“Jadi frekuensi dia menggigit itu akan meningkat 3 sampai 5 kali lipat pada saat suhunya meningkat di atas 30 derajat,” ujar dr. Imran pada konferensi pers ASEAN Dengue Day, dikutip dari website resmi Kemenkes RI sehatnegeriku.kemkes.go.id, Rabu 14 Juni 2023.

Tahun ini, ia mengimbau masyarakat perlu meningkatakan kewaspadaan terhadap DBD, pasalnya El Nino bisa terjadi kapan saja.

Tidak hanya itu, musim hujan pun perlu diwaspadai mengingat akan ada banyak genangan air atau tempat berkembang biak nyamuk dengue.

Data Kemenkes pada 27 November 2022 menunjukkan kasus DBD periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap bulan November, puncak kasus pada Februari, dan Maret – April mulai terjadi penurunan kasus. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terkahir.

Baca juga : Fans Kecewa? Jurnalis Argentina Pastikan Lionel Messi Tidak Akan Ke Indonesia, Ini Alasannya…

“Ini hubungannya dengan siklus musim hujan, jadi kalau musim hujan itu karena ada genangan air maka kasusnya meningkat dan ini terjadi setiap tahun seperti ini,” ungkap dr. Imran.

Pemerintah juga telah memiliki strategi penanggulangan DBD dengan penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. Penguatan surveilans tinggi yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsive.

Pemerintah juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah terjadinya DBD, terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk.

Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3M plus yaitu pertama menguras dan menyikat, kedua menutup tempat penampungan air, ketiga memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Plusnya adalah bagaimana mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue seperti menanam tumbuhan pengusir nyamuk.

Pemberantasan nyamuk tidak dianjurkan dengan fogging, sebab fogging hanya berdampak sesaat. Efeknya kadang-kadang malah merugikan kesehatan manusia.

Fogging sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia. Fogging juga dapat membuat nyamuk malah menjadi resisten atau kebal.

“Saat sudah sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk yang harus dilakukan secara massal, berkesinambungan dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun,” ucap dr. Imran.

Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah melalui vaksin dengue. Hal ini menjadi salah satu intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue di Indonesia.

Saat ini ada dua jenis vaksin yang sudah mempunyai izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran, antara lain vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.

Meskipun sudah ada izin edar dari BPOM, lanjut dr. Imran, Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap.

Dokter Spesialis Anak RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K) mengatakan infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Dia membutuhkan darah untuk dihisap supaya bisa bertelur.

“Masa inkubasi 5 hingga 10 hari, rata-rata 7 hari sejak gigitan nyamuk sampai timbul gejala. Biasanya nyamuk tersebut mengigit di saat terang mulai jam 08.00 sampai jam 10.00 pagi dan menjelang sore jam 15.00 sampai 17.00. pada jam tersebutlah nyamuk paling aktif mengigit,” tutur dr. Karyanti.

Baca juga : Fans Kecewa? Jurnalis Argentina Pastikan Lionel Messi Tidak Akan Ke Indonesia, Ini Alasannya…

Gejala-gejala infeksi dengue yang sering terjadi adalah demam mendadak tinggi selama 2 sampai 7 hari, muka memerah, sakit kepala, mual kadang muntah, sakit perut, sakit tulang, kalau orang dewasa sering terjadi ngilu pada tulang sendi, nyeri otot.

Kemudian diare, bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah, kemudian tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus.***

(PL-01)

Sumber: sehatnegriku.kemkes.go.id

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments