PortalLombok.com – Harga beras mulai stabil di wilayah Nusa Tenggara Barat, Dewam Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD NTB) ingatkan jangan lakukan pengiriman ke luar terlebih dahulu.
Beberapa akhir ini harga beras di beberapa wilayah di Nusa Tenggara barat alami pelonjakan harga yang tidak signifikan, sehingga perlunya penekanan harga dari pemerintah, karena mulai dikeluhkan masyarakat.
Harga beras yang terus alami kelonjakan mulai dirasa masyarakat dan jauh dari harga normal, bahkan di pasaran harga beras dapat mencapai Rp 20.000 per kilonya.
Kini berdasarkan pantauan harga beras berada di posisi kisaran Rp16.000-17.000/kg, kondisi ini dirasa mengalami penurunan meskipun masih tergolong mahal.
Harga beras dirasa mulai alami kestabilan harga, meskipun masih dirasa menyusahkan masyarakat.
Padahal seperti diketahui NTB sebagai daerah lumbung pangan nasional. Sayangnya harga beras belum bisa ditekan didalam daerah. Beras merupakan bahan kebutuhan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Anggota Komisi II bidang perekonomian DPRD NTB Made Slamet mengatakan, NTB menjadi daerah lumbung pangan saja kondisinya seperti ini, apalagi daerah lain.
Tentunya dalam hal ini pemerintah dan stakeholder tekait harus mengambil langkah agar tidak terjadi hal serupa. Pasalnya, tingginya harga beras beberapa kali terjadi didaerah lumbung pangan ini, yang mana seharusnya dapat teratasi.
“Karena kita lumbung pangan, beras ini kan barang bebas, sehingga dinas terkait harus mengambil kebijakan strategis. Termasuk satgas pangan semua ini harus bergerak mengambil kebijakan, agar jangan sampai beras kita keluar semuanya, nanti ini seperti tikus mati dalam lumbung sendiri,” ujar Made Slamet, Jumat 1 Maret 2024 .
Ia menambahkan, untuk menjaga ketersedian dan stabilisasi harga didalam daerah, barang seperti beras ini harus ditekan pengiriman keluarnya agar didaerah tidak mati di lumbung pangan sendiri. Selain itu, kembali menekankan keanekaragaman pangan harus ditingkatkan.
“Kampus kita unram sudah menemukan beras dari umbi-umbian. Semestinya itu didorong, sudah temukan inovasi seperti itu. Ya didorong dong,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini tingginya harga beras saat ini dinilai merupakan buatan pemerintah agar membuka kembali impor beras. Mengingat, Indonesia sebelumnya sudah pernah mengimpor beras untuk memenuhi kekerungan stok.
“Kalau sudah impor urusannya fee atau cuan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan, pada Januari-Februari 2024 ini produksi gabah dan beras hanya sebagian kecil di wilayah tertentu di NTB, sehingga potensi produksinya tidak banyak. Padahal di Januari, Februari sampai Maret potensinya untuk menambah produksi. Namun melihat kondisi cuaca kemarau panjang membuat masa tanam mundur.
Baca juga : Kawal Sukseskan Pemilu 2024, DPRD NTB:Ini Pesta Rakyat
“Jadi Januari Februari memang kecil, dengan demikian produksi dengan pasti berkurang dari kebutuhan. Tetapi kami masih punya stok, stok produksi yang lama, yang dari kegiatan dari penanaman sebelumnya. Stok itu ada Dimana? Ada di bulog dan sebagian di pedagang-pedagang pengepul itu,” ujarnya.***
(RV46)