Free Porn
xbporn

https://www.bangspankxxx.com
Kamis, September 19, 2024
BerandaKonten ViralSering Alami Kontroversial, Berikut 4 Fakta Tentang Ponpes Al-Zaytun Yang Penuh Isu,...

Sering Alami Kontroversial, Berikut 4 Fakta Tentang Ponpes Al-Zaytun Yang Penuh Isu, Mulai Dari Aliran Sesat Hingga NII

PortalLombok.com – Pondok Pesantren Al-Zaytun kembali kontroversial di media sosial, usai foto shalat ied Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Rahmatan Lil Alamin tersebar.

Hal ini dikarenakan shalat ied Idul Fitri 1444 Hijriah yang ditampilkan berbeda shalat berjamaah yang selama ini dianjurkan umat islam.

Cara shalat Ied Idul Fitri 1444 Hijriah yang ditampilkan Pondok Pesantren Al-Zaytun, menimbulkan banyak pertanyaan, mulai dari aliran yang dianut, hingga alasan cara shalat yang digunakan.

Pondok Pesantren Al-Zaytun yang telah berdiri sejak tahun 1999 ini kerap alami kontroversial sejak tahun 2002, mulai dari isu radikalisme, aliran sesat, NII (Negara Islam Indonesia) hingga pelecehan.

Pondok pesantren Al-Zaytun didirikan oleh AS Panji Gumilang, yang juga berperan sebagai pimpinan Pondok yang kini kembali kontroversi karena cara shalat ied Idul Fitri 1444 Hijriah yang berbeda dengan cara umat muslim lainnya.

Seperti diketahui cara shalat ied Idul Fitri 1444 Hijriah yang dibagikan Pondok Pesantren Al-Zaytun memperlihatkan shalat yang berjarak antar jamaah, dan pada barisan pertama di shaf laki-laki terdapat seorang perempuan.

Seperti diketahui Pondok Pesantren Al-Zaytun merupakan salah satu Ponpes terbesar dan ternama di Indonesia, bahkan pada tahun 2011 tercatat telah ada sekitar 7.000 santri yang telah menimba ilmu di Ponpes ini.

Lalu bagaimana sejarah, pendidikan, dan pengajaran Pondok Pesantren Al-Zaytun yang kerap timbulkan kontrovresial di masyarakat yang perlu diketahui, dikutip dari berbagai sumber, Senin 24 April 2023.

Baca juga : Heboh! Cara Shalat Ied Ponpes Al-Zaytun Timbulkan Kontroversi, Shaf Perempuan dan Laki-Laki Berjejer Sebaris

Satu, Sejarah Pendirian

Ma’had Al-Zaytun atau Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun adalah sebuah Ponpes yang terletak di desa Mekar Jaya, kecamatan Gantar, kabupaten Indramayu, provinsi Jawa Barat.

Pesantren ini merupakan usaha dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), yang memulai pembangunannya pada 13 Agustus 1996. Pembukaan awal pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 1999 dan peresmian secara umum dilakukan pada 27 Agustus 1999 oleh Presiden RI ke-3, Prof. Ing. B.J. Habibie.

Pimpinan pesantren ini ialah Prof. Dr. Dr. (H.C.) Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, MP yang adalah alumni Pondok Pesantren Gontor.

Dua, Pondok Pesantren Terbesar se-Asia Tenggara

Ponpes yang disebut oleh Washington Times (29 Agustus 2005) sebagai pesantren terbesar se-Asia Tenggara (“the largest Islamic madrasah in Southeast Asia”) ini berdiri di atas lahan seluas 1200 hektar. Tercatat pada tahun 2011 telah ada sekitar 7.000 santri yang menimba ilmu di pesantren ini.

Santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Afrika Selatan.

Tiga, program pendidikan Pondok Pesantren Al-Zaytun

Dalam tulisan Martin Van Bruinessen (2008) berjudul “Traditionalist and Islamist pesantrens in contemporary Indonesia” membahas tentang pesantren tradisional di Indonesia, termasuk Pesantren Al Zaytun.

Van Bruinessan menyoroti bahwa Pesantren Al Zaytun memiliki program pendidikan yang modern, dengan menekankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

Program-program ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren Al Zaytun. Secara keseluruhan, tulisan Van Bruinessen memberikan gambaran singkat tentang pesantren Al Zaytun sebagai pesantren yang terkenal di Indonesia, namun memiliki keterlibatan dengan gerakan radikal NII.

Pondok Pesantren Al-Zaytun yang memiliki landasan yaitu “Pesantren spirit but modern system” ini menggunakan kurikulum yang mengacu pada Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Muatan lokal pun diberikan kepada para siswa, seperti Piagam Madinah dan Hak Asasi Manusia serta Jurnalistik. Selain itu, siswa dibekali kemampuan didaktik agar bisa mengajar.

Santri Al-Zaytun mengatakan bahwa mereka diajarkan Islam yang terbuka dan toleran, menghindari perpecahan seperti pada aliran Sunni dan Syiah dan menerima penganut agama lain, seperti ditulis oleh Post-Gazette, ‘Students at the school say they are taught an open, tolerant version of Islam, eschewing divisions such as Sunni and Shiite and accepting adherents of other religions.’

Sistem pendidikan Ma’had Al-Zaytun menganut Sistem Pendidikan Satu Pipa (One Pipe Education System), yaitu sistem pendidikan yang berkelanjutan dari tingkat usia dini hingga perguruan tinggi.

Empat, kontroversial Pondok Pesantren Al-Zaytun

Pada tahun 2002 Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan penelitian mengenai pesantren ini dan hasilnya menyatakan bahwa ada keterkaitan kepemimpinan dan finansial antara Ma’had Al-Zaytun dengan Negara Islam Indonesia (NII) KW 9.

Menanggapi isu-isu yang kemudian berkembang di masyarakat mengenai keterkaitan Ponpes Al-Zaytun dengan NII pada tahun 2011, Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang saat itu menjabat panglima Kodam III/Siliwangi, berinisiatif untuk melakukan komunikasi dari kedua pihak, baik dari Panji Gumilang selaku pengasuh Pesantren Al-Zaytun dan kelompok masyarakat tertentu.

Hasilnya, isu bahwa Ponpes Al-Zaytun mendidik siswa atau santri agar menolak Pancasila tidak terbukti sama sekali.

“Sekarang kita lihat hasilnya, gaya komunikasi yang saya lakukan. Tidak ada kecurigaan lagi. Ini masalahnya komunikasi,” demikian ujar Moeldoko.

Selain itu, peneliti lain, Umar Abduh (2002) , Pesantren Al-Zaytun Sesat? Investigasi Mega Proyek dalam Gerakan NII, merupakan sebuah buku investigasi yang membahas tentang peran Pesantren Al-Zaytun dalam gerakan NII dan isu-isu yang terkait dengan gerakan ini.

Dalam bukunya, Umar Abduh mengungkapkan bahwa gerakan NII merupakan gerakan radikal yang berusaha mengubah sistem politik dan sosial di Indonesia dengan menggunakan kekerasan.

Pondok Pesantren Al-Zaytun diduga sebagai salah satu pusat gerakan NII yang mengajarkan ideologi yang radikal dan berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, Umar Abduh juga mengungkapkan bahwa Pesantren Al-Zaytun terlibat dalam beberapa kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pimpinan di pesantren ini. Kasus-kasus pelecehan seksual ini dilakukan terhadap para santri wanita yang masih di bawah umur.

Hal ini menunjukkan bahwa pesantren Al-Zaytun tidak hanya berbahaya dari segi ideologi, tetapi juga dalam aspek moral dan etika.

Baca juga : Dalai Lama Minta Maaf, Usai Video Cium Anak Laki-Laki Dan Minta Hisap Lidah Dirinya Viral

Baru-baru ini Pondok Pesantren Al-Zaytun kembali timbulkan kontroversi karena melakukan shalat ied Idul Fitri 1444 Hijriah berjamaah yang dianggap tidak sseuai dan menyimpang dari ajaran islam pada umumnya.***

(PL-01)

Sumber: Berbagai sumber

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments