Rabu, April 30, 2025
BerandaNasionalBeda Dengan Muhammadiyah, Kemenag Umumkan Hasil Sidang Isbat, Hari Raya Idul...

Beda Dengan Muhammadiyah, Kemenag Umumkan Hasil Sidang Isbat, Hari Raya Idul Adha Kamis 29 Juni 2023

PortalLombok.com – Berbeda dengan Muhammadiyah, Kementerian Aagama (Kemang Ri) tetapkan perayaan hari raya Idul Adha 10 Zulhijah 1444 Hijriah jatuh pada tanggal 29 Juni 2023.

Penetapan ini berdasarkan perhitungan hilal Tim Hisab Rukyat Kemenag RI.

Seperti diektahui sebelumnya Muhammadiyah telah menetapkan jika perayaan Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada tanggal 28 Juni 2023, kini berbeda kembali Kemenag RI menetapkan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023.

Dengan ditetapkannya awal Zulhijah ini, maka Hari Raya Iduladha 1444 H jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023, berdasarkan sidang Isbat yang digelar [ada Minggu 18 Juni 2023.

“Sidang Isbat telah mengambil kesepakatan bahwa tanggal 1 Zulhijah tahun 1444 Hijriah ditetapkan jatuh pada Selasa tanggal 20 Juni 2023” tutur Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi usai memimpin Sidang Isbat (Penetapan) Awal Zulhijah, di Jakarta, Minggu kemarin, dikutip dari website resmi Kementerian Agama RI kemenag.go.id, Senin 19 Juni 2023.

“Dengan demikian Hari Raya Idul Adha 1444 H jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023,” imbuh Wamenag menambahkan.

Menurut Wamenag, sidang menyepakati keputusan tersebut karena dua hal, salah satunya ketinggian hilal di seluruh Indonesia yang telah berada di atas ufuk.

“Pertama, kita telah mendengar laporan Direktur Urusan Agama Islam (Urais) bahwa ketinggian hilal di seluruh Indonesia sudah berada di atas ufuk, namun masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat yang ditetapkan MABIMS,” imbuhnya.

Baca juga : Hari Ke-25, Jamaah Haji Indonesia Yang Meninggal Dunia Di Tanah Suci Terus Meningkat, Total Capai 66 Orang, Ini Faktornya

Sebelumnya, dalam laporannya, Direktur Urais Kemenag Adib menyampaikan berdasarkan data yang dihimpun Tim Hisab Rukyat Kemenag, bahwa ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia di atas ufuk berkisar antara 0° 11,78’ (nol derajat sebelas koma tujuh puluh delapan menit) sampai 2° 21,57’ (dua derajat dua puluh satu koma lima puluh tujuh derajat menit).

Dengan sudut elongasi antara 4,39° (empat koma tiga puluh sembilan derajat) sampai 4,93° (empat koma sembilan puluh tiga derajat).

“Dengan parameter-parameter ini, maka posisi hilal di Indonesia saat ini belum memenuhi Kriteria Baru MABIMS (Menteri Agama Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura),” papar Wamenag.

Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.

Kedua, Kemenag telah melaksanakan pemantauan atau rukyatul hilal pada 99 titik di Indonesia.

“Dari 34 provinsi yang telah kita tempatkan pemantau hilal, tidak ada satu pun dari mereka yang menyaksikan hilal,” kata Wamenag.

Turut hadir mendampingi Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

Sidang isbat awal Zulhijah 1444 H yang digelar di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag ini dihadiri perwakilan Mahkamah Agung, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Duta Besar negara sahabat.

Baca juga : Haji 2023 Prioritas Lansia, Berikut Tips Aman Jalankan Ibadah Sa’i Bagi Risti dan Lansia

Hadir juga perwakilan Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam, Lembaga dan instansi terkait, Pimpinan Ormas Islam, serta Pondok Pesantren.***

(PL-01)

Sumber: kemenag.go.id

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments